Cafe.
Kira-kira sudah setengah jam aku menunggu.
Tapi tak ada rasa penyesalan sama sekali. Karena, dari awal aku memang sengaja
datang lebih awal dari jam yang dijanjikan. Aku melakukan ini karena aku ingin
memberikan sebuah kejutan padanya, orang yang sangat aku sayangi. Janjiannya
jam 7 malam di cafe biasa. Dan sudah dari jam setengah 6 aku sampai dicafe ini.
Cafe yng menjadi kenangan untukku dan untukknya. Dimana cafe inilah terukir
janji setianya padaku di depan banyak orang. Sudah 2 tahun berlalu rasanya hari
itu masih saja kemarin. Aku memang anak yang mudah bosan jika harus menunggu
seseorang sendirian. Tapi, aku tidak mempermasalahkan dia datang telat, mungkin
karena macet atau hal-hal yang tak terduga terjadi selama perjalanan. Itu bukan
masalah bagiku. Asalkan ia tetap datang sesuai dengan janjinya.
Preview.
Hapeku bergetar, sebuah pesan pendek masuk.
Dari kekasihku, Alan. He say’s..
Happy aniversarry sayang ^_^. Dateng tepat
waktu yah... nanti malem jam 7 dicafe biasa. Aku pengen ngomong serius sama kamu!!!
Harus dateng. See you:*
Aku tersenyum geli membaca pesan masuk itu.
Ingin aku membalasnya.tapi... nggak deh!! Biarin aja dia penasaran. Aku dateng
atau enggak, ucapku dalam hati. Aku tersenyum membayangkan apa yang terjadi
malam nanti.
Back.
Sudah jam 7 lebih 15 menit. Tapi belum juga
tampak batang hidungnya. Aku jadi khawatir apa aku sedang dikerjain. Sudah 2
tahun berpacaran dan umur kita sudah sama-sama matang. Apalgi yang harus
ditunggu, seharusnya dia memberiku kejutan dan muncul tiba-tiba. Merunduk tepat
didepanku dan mengatakan...
“nina.. will you marry me?”
Ahh... meledak-ledak hatiku memikirkannya.
Tapi, alan orangnya terlalu kaku. Dia lebih banyak memperhatikanku saat aku
berbicara atau bererita dengannya. Tapi, dia sangat dewasa dan romantis. Dia
juga sangat perhatian. Segala hal kecil yang dia anggap akan mencelakanku
selalu diasingkirkan. Dia seperti pelindung bagiku. Dia penjaga hatiku.
“krieett...”
Terdengar suara pintu cafe terbuka. Seorang
pengunjung datang. Aku melihatnya, Alan dengan.... seorang wanita. Aku mulai
betanya-tanya dalam hatiku. Siapa wanita itu? Apa hubungannya dengan alan?. Aku
semakin bingung dengan apa yang kulihat sekarang. Mereka berdua bergandengan
tangan dengan mesranya menuju mejaku. Wanita yang sekarang berada dalam
genggaman alan begitu cantik, dia sangat anggun dan dewasa. Jika aku perhatikan
sedemikian rupa. Mereka tampak serasi. Dadaku terasa sesak. aku yang sedari
tadi membayangkan apa yang akan dilakukan oleh alan padaku nanti menjadi
terdiam seribu bahasa melihat semua yang kuinginkan hilang begitu saja dengan
kehadiran alan bersama wanita di sebelahnya.
Aku malontarkan senyum pada alan dan wanita
itu, mereka membalasnya. Setelahnya kita duduk bersama tanpa berbicara apa-apa.
Lama sekali terdiam dalam keheningan suasana di cafe yang tampak ramai. Alan
memulai pembicaraan dengan bertanya basa-basi padaku.
“nina... kamu pasti udah nunggu lama ya?”
tanya alan.
Aku hanya mengangguk.
“udah pesen minum?” tanya alan lagi.
Akupun mengangguk tanpa bebicara apa-apa.
Aku shock, aku bingung harus berbicara apa.
Alan dan wanita... siapa dia sebenarnya?. Alan memandang wanita itu. Bisa
kulihat pandangfan itu. Pandangan penuh cinta.
“kamu mau pesen apa?” tanya alan lembut.
Dia tersenyum lalu menghembuskan nafasnya.
“terserah kamu deh!!” jawabnya patuh.
Alan memanggil seorang writers, dia memesan
minuman.
“mbak... aku mintak cappucino 1 dan ice lemon
teanya 1 ya? Gak pake lama!.” Ucap alan.
Writers itu mengangguk. Dia segera pergi
mengambil pesanan yang dipesan oleh alan. Kita bertiga masih terdiam. Menikmati
suasana ramai dalam cafe. Tapi aku merasa sepi.
“nin.. kok melamun?” tanya alan.
Aku yang menyadarinya cepat-cepat menggeleng
sebari tersenyum manis pada alan. Alan menggenggam tangaku.
“nina... maafin aku ya!” ucapnya.
Aku tersenyum tak mengerti.
“maaf buat apa?” tanyaku.
“aku sudah jahat sama kamu. Aku mau jujur satu
hal sama kamu.” Kata alan dengan mendesah berat.
“apa?” tanyaku mencoba tegar.
“selama ini aku udah bohongin kamu, dari awal
aku memamng suka sama kamu. Tapi itu bukan perasaan sayang... hanya kagum
semata. Maap nin... selama ini aku harus berpura-pura mencintai kamu. Aku minta
maap sekali lagi.”kata alan dengan tatapan tulus.
Aku bisa melihat kejujuran di depan matanya.
Hanya saja, dadaku sakit mendengar pernyataannya. 2 tahun lan!!! Tapi itu hanya
pura-pura. Ucapku dalam hati. Aku tidak bisa memaksakan kehendakku sendiri.
Tidak mungkin aku memaksa orang untuk mencintaiku. Sedangkan dia tidak
benar-benar cinta. Itu sama saja menyakiti dirinya juga diriku. Ahh.. lebih
baik aku pergi dari sini, sebelum air mataku mengalir. Ucapku dalam hati.
Sebuah pesan masuk di inboxku. Arif.
Gue tau apa yang terjadi di cafe. Kalau loe
butuh tumpangan. Loe bisa keluar sekarang. Gue udah di depan. Gue tunggu
ya...:)
Kenapa bisa kebetulan. Ahh... arif memang
teman yang baik. Aku masih merasakan kebisuan dalam percakapan malam ini.
Kebisuan yang amat menyakitkan. Alan, dia sudah bahagia sekarang bersama orang
yang benar-benar dicintainya. Aku memang menghargai kejujurannya, dan aku juga
bisa memaafkan setiap kesalahanya. Ahh... inikah takdirku tuhan. Mencintai tapi
tak dicintai. Menyayangi tapi tak disayangi. Mengasihi tapi tak dikasihi. Senua
yang kau tampakkan sekarang adalah kejujuran. Dari seorang laki-laki yang
mungkintalah menyakitiku dan seorang wanita yang mungkin bisa kuanggap perebut
orang yang aku cintai. Tap mereka saling mencintai. Aku mencoba menguatkan
diri. Aku ingin tahu dengan jelas apa maksud semua ini.
“lan...” panggilku.
“ya...” jawabnya.
“siapa wanita cantik yang ada disampingmu?”
tanyaku.
Alan terlihat terkejut dengan pernyataanku.
Begitu pula dengan wanita itu. Mereka seperti kebingungan denga pertanyaanku
ini. Bakan wanita itu menunduk takut. Alan membuka suaranya..
“dia dina... tunanganku.” Jawab alan.
Sudah kuduga. Mereka memang pasangan yang
sangat serasi dan mereka pantas untuk bersama. Aku lega mendengar pernyataan
alan. Hatiku terasa plong.. dan tak merasakan sakit lagi. Entah kenapa. Setelah
alan jujur menyakitiku dengan berpura-pura mencintaku selam 2 tahun, hatiku tak
merasakan perasaan apapun. Setelah kupikir-pikir, aku sudah tak mengharapkan
alan kembali kedalam pelukanku. Aku membiarkannya dalam pelukan yang dia inginkan.
Aku tersenyum simpul, alan dan wanita itu terlihat keheranan melihatku. Mungkin
mereka kira aku sudah stres ditinggal oleh alan. Haahh.. aku bukan yang seperti
kalian pikir.
Aku berdiri. Alan dan dina juga berdiri.
Air muka mereka menunjukkan ketakutan.
“aku pamit.” Ucapku sembari berjalan pergi
meninggalkan mereka berdua.
Alan dan dina memandangiku. Aku menoleh ke
arah mereka sebentar, tersenyum dan melambaikan tangaku.mereka terlihat bingung
dengan apa yang kulakukan. Aku tidak memperdulikan mereka tahu atau tidak. Aku
mendoakan mereka agar mereka bisa bahagia selamanya.
Aku keluar dari cafe, berjalan merunduk. Aku
membalikkan badanku, kulihat lekat-lekat cafe yang ada di depanku sekarang.
Cafe yang menjadi awal dan akhir hubungaku bersama alan. Semoga saja setelah
ini aku akan bahagia mendapatkan orang yang aku cinta dan mencintaiku sepenuh
hati. Semoga saja.
Aku berbalik menatap jalan. Ramai dengan
kendaraan yang melintas pergi entah kemana. Berlalu lalang didepanku begitu
cepatnya. Menghilang dan datang kembali begitu saja.
Arif tersenyum melihatku. Dia tuntun sepeda
kesayanganya mendekatiku. Aku membalas senyumnya.
“loe mau pulang apa jalan-jalan dulu?” tanya
arif.
Aku terdiam menatapnya. arif terlihat bingung.
“nin....”panggilnya.
“gue mau jalan-jalan dulu...” jawabku dengan
berjalan menuju sepeda arif.
Duduk tepat dibelakangnya. Arif tersenyum
melihatku. Lalu ia juga menaiki sepedanya. Dan mengayuhnya pergi. Pergi dari
kenanganku. Selamat tinggal masa lalu... akan kusambut malam ini dengan
senyuman untunk menyongsong masa depanku,ucapku dalam hati. Meninggalkan
kenangantentang alan. Meninggalkan semua yang sudah terjadi.
“pegang yang erat.. gue mau ngebut.” Seru arif
Aku tertawa. Aku memeluknya erat. Dan saat itu
aku menyadari bahwa laju sepeda ini semakin cepat. Hingga dia berhenti tepat di danau. Aku turun dari tempatku
begitu pula arif. Aku berjalan menuju tepi. Angin berhembus dengan lembutnya
menyapu setiap sedihku. Lagu alam dengan teriakan jangkrik yang berirama
membuatku ingin menari walau dalam keadaan menangis. Sekarang arif berada tepat
disampingku. Dia menatap kagum keindahan danau yang ada dihadapannya. Aku bisa
melihat tatapan kagum tulus itu.
Aku menghembuskan nafasku berat. Aku masih
merasakan sakit yang menyesakkan dadaku. ingin sekali aku berteriak dan
menangis sekeras-kerasnya hingga hatiku lega. Hingga sakit ini tak kurasakan
lagi.
“kalau loe mau nangis... nangis aja. Mau
teriak juga gak papa!!” ucap arif.
Aku hanya tersenyum mendengarnya. Aku tidak
bisa membayangkan, apa jadinya nanti kalau aku menangis dan dilihat oleh arif.
Temanku sendiri. Aku masih punya harga diri juga kali.
“kalo loe gak mau di anggap anak cengeng..
menangis tanpa ada orang memperdulikan. Gue siap kok minjemin dada gue buat
tempat loe menangis!!!” ucap arif kembali.
Aku tak mengerti maksudnya. Tapi, dia memng
benar. Orang akan berburuk sangka melihatku menangis sendiri dengan ditemani
laki-laki yang mungkin akan tertawa melihatku menangis.
“jangan ditahan nin... nanti loe tambah sakit
sendiri.” Ucap arif kembali meyakinkanku.
Aku memang sudah tak kuat dengan semua yang
terjadi. Di bohongi selama 2 tahun. Mungkin orang yang normal pasti akan segera
marah-marah dengan menyiram laki-laki dengan air yang ada ditanganya, menampar
wanita yang sudah merebut kekasihnya. Lalu aku? Apa yang aku perbuat.
Melambaikan tangan lalu tersenyum tulus seolah-olah tak terjadi apa-apa.
Padahal hatiku perih. Mungkin orang lain akan menangis histeris dan berteriak
meneriakkan bahwa ia sudah cintanya telah hancur. Ahh... aku bukan wanita
sebodoh itu. Tapi, aku sangat mencinta alan. Sangat mencintai.
Aku masih saj terdiam. Tak terasa, air mataku
sudah mengalir. Aku sudah tak kuat memikirkannya hingga aku tak merasakan air
mata telah membasahi pipiku. Aku berdiri terapaku menatap danau yang ada
didepanku. Yang memantulkan cahaya kesedihan sang rembulan atas penyakit
hatinya. Sama sepertiku. Meredup.
“nin...?” panggil arif.
Aku terisak.
“rif... !!!”
tanpa pikir panjang, arif memelukku. Aku
menangis terisak dalam pelukkanya. Hingga aku tak tahu berapa lama aku menangis
dipelukkannya.
Paginya....
Aku terbangun dari tidurku semalam. Menyambut
pagi dengan senyum muram. Masih berbekas dihatiku tentang kejadian malam
kemarin, alan memutuskan hubungan dengan begitu cepatnya tanpa perdulikan
perasaanku. Arif memelukku hingga aku tak tahu kapan selesainya aku menangis.
Kali ini aku ingin menangis mengingat kejadian kemarin. Ahh... andai ada arif
disini aku ingin meminjam dadanya untuk menangis lagi.
Kuambil hapeku dan mengetikkan sebaris kalimat
pada orang disebrang sana. Send to... arif
Boleh kupinjam dadamu... untuk menangis?
Aku tersenyum geli membacanya. Aku ingin tahu
apa reaksi arif membaca pesanku. Hemmmttt.. aku ingin menunggunya, datang dan
meminjamnkan dadanya untukku, menangis.
The End.
so sweet ,,,
BalasHapuskena banget .... :)